Wanita bepergian di Jakarta

Mendesain kota yang baik untuk perempuan: nilai dari desain inklusif

UN Women / Pulse Lab Jakarta,

8 minute read

Projek di Indonesia telah menunjukkan bagaimana pentingnya melibatkan perempuan dalam perencanaan yang aman dan keberlanjutan dari sebuah kota.

Ringkasan

  • Perencanaan kota biasanya mengabaikan kebutuhan, kepentingan, dan rutinitas dari peremuan dan anak perempuan.
  • Wawancara pengguna secara mendalam dapat membantu desain kota pad acara yang inklusif-gender
  • Melibatkan pemangku kepentingan untuk melihat kebutuhan pengguna adalah cara yang efektif untuk mendorong perubahan

Permasalahan

Meskipun sudah ada revolusi dalam cara kita bekerja dan masyarakat yang semakin beragam, sebagian besar kota masih dirancang oleh dan untuk pria.

Untuk perempuan, khususnya mereka yang tidak bekerja dari jam 9-5, lingkungan perkotaan dapat membuat frustasi, tidak nyaman, atau bahkan berbahaya.

Sebagai contoh, survei yang baru dilakukan di Indonesia dilaporkan terdapat 60% perempuan yang memiliki pengalaman kekerasan seksual saat sedang dalam perjalanan dari atau ke tempat bekerja, statistik yang suram yang bergema di seluruh dunia.

Sebagai hasil, banyak perempuan dan anak perempuan yang belum menikmati hak dasar kebebasan untuk bergerak dan kehilangan kesempatan untuk bekerja, belajar, atau sekedar menikmati hari-harinya.

Pada tahun 2019, UN Women Indonesia dan Pulse Lab Jakarta meluncurkan projek untuk mengidentifikasi masalah pada 3 kota di Indonesia

Banyak wanita, anak perempuan, dan seksual, dan minoritas jenis kelamin di dunia merasakan tidak nyaman, malu, tidak aman di lingkungan perkotaan

World Bank Handbook on Gender-inclusive Planning

Pendekatan

Penelitian dimulai dari memeriksa literatur yang ada pada keselamatan dan mobilitas untuk perempuan. Hal tersebut semakin jelas bahwa hampir semua studi fokus pada pekerja kantor kelas menengah.

Sedikit sekali perhatian kepada perempuan yang bekerja di malam hari seperti penjaga toko, pekerja call centre atau pembersih, yang berkontribusi signifikan pada perekonomian eceran di Indonesia.

Sama halnya rekomendasi yang diusulkan– mulai dari menginstalasi CCTV sampai dengan pencahayaan yang baik di jalanan – terkonsentrasi pada peningkatan infrastruktur, dibandingkan dengan pengalaman wanita yang menuju dan dari tempat kerja.

Para peneliti menyadari mereka membutuhkan untuk mengetahui pengguna transportasi publik secara mendalam bagi perempuan. Untuk melakukan itu, 37 perempuan dari 3 kota di sluruh Indonesia di undang untuk mengambil bagian dalam user research, yang meliputi:

  • Kajian buku harian – yang mana perempuan mencatat pengalaman perjalanan mereka selama empat hari
  • Wawancara langsung – memperbolehkan peneliti untuk memeriksa lebih lanjut proses pemikiran, emosi, dan yang menjadi keyakinan pada buku hariannya
  • Studi lapangan – dimana peneliti ditemani perempuan pada perjalanannya menuju dan dari kantor

Dengan menggunakan informasi ini, akan memungkinkan untuk membuat empat karakter, karakter fiktif yang dapat merangkup jenis perempuan yang ditemukan saat penelitian.

Ini berkisar dari pendatang baru yang cemas, pekerja migran yang menemukan setiap sudut kota mengintimidasi, sampai pada pejuang perempuan yang percaya diri dan sering melakukan perjalanan di malam hari.

Contoh persona yang dihasilkan saat user research - Kredit foto: Pulse Lab Jakarta

Sementara karakter menggunakan strategi yang berbeda untuk keamanan perjalanan, seperti menggunakan pakaian polos dan masker wajah untuk menghindari perhatian, beberapa masukan diperoleh dari penelitian. Sebagai contoh:

  • Perempuan merasakan bahwa halte bis mengintimidasi, gelap dan sulit diakses; ini artinya mereka lebih memilih menunggu di toko atau di persimpangan yang ramai
  • Pedagang kaki lima dan pengemudi angkot terlihat
  • Tidak ada perempuan yang siap untuk melaporkan kejadian kekerasan seksual mengingat adanya perasanaan malu atau takut kalau mereka akan kehilangan pekerjaan

Langkah selanjutnya adalah melibatkan orang yang dapat mengubah keadaan – pemerintah, operator transport, perencana tata kota dan kelompok komunitas. Hal ini telah dilakukan pada serial co-design workshops yang mana hasilnya dapat dibagikan dan solusi dapat ditawarkan

Hasil

Lokakarya mengjasilkan berbagai solusi hipotesis yang meliputi program penjaga jalanan, kartu identitas untuk pengendara bis dan aplikasi smartphone untuk pendatang baru. Tantangannya adalah mencari kota yang siap untuk mengimplementasikan sebagian darinya.

Memasuki Medan, kota yang terdiri dari 2,2 juta di Sumatera Utara. Selain menghadiri kegiatan lokakarya, para ASN Pemerintah Kota Medan juga diundang untuk melihat komuter perempuan dan pergi bersama mereka di malam hari untuk mendapatkan pandangan yang lebih baik terkait dengan pengalaman mereka.

Di Desember 2019 pemerintahan Kota Medan mengumumkan rencana untuk mengadopsi beberapa rekomendasi dari projek yang meliputi:

  • Merancang halte bus yang lebih baik: sebagai contoh adalah dengan menambahkan didning transparan dan pencahayaan yang lebih baik untuk membuat mereka lebih tidak terlalu mengintimidasi
  • Meningkatkan akses pejalan kaku menuju halte bus, guna menghindari perempuan harus berjalan menyusuri gang sempit
  • Keterlibatan masyarakat: meliputi kampanye poster bagaimana melindungi perempuan yang pernah mengalamai pelecehan di jalanan

Pemangku kepentingan pada lokakarya desain bersama yang diadakan di Medan - Kredit foto: UN Women / Putra Djohan

Untuk benar-benar menyampaian pesan dan diterima dengan baik, tidak ada yang dapat menggantikan pertemuan dengan pengguna, memberikan bayangan kepada mereka dan memahami perspektif mereka.

Maesy Angelina, Pulse Lab Jakarta

Langkah selanjutnya

Sama halnya seperti mempublikasikan penelitian di Indonesia melalui kegiatan seperti Global 16 Days Campaign, Pulse Lab Jakarta telah melanjutkan untuk menekankan pentingnya kualitas data yang baik dalam mendesain kota yang inklusif dan berkelanjutan.

Sementara pergerakan masyarakat menjadi terbatas secara global ditengah adanya pandemic Covid-19, isu dari kekerasan seksual pada perempuan dan minoritas jenis kelamin belum hilang.

Bank Dunia belakangan baru menyoroti hal ini dalam handbook on gender-inclusive planning, menunjukkan bagaimana pentingnya keamanan dan keterjangkauan transportasi bagi perempuan.

Untuk membaca laporan lengkap dari UN Women dan Pulse Lab Jakarta dapat mengetik disini (PDF; 18.4MB).