Sebagai hasil, banyak perempuan dan anak perempuan yang belum menikmati hak dasar kebebasan untuk bergerak dan kehilangan kesempatan untuk bekerja, belajar, atau sekedar menikmati hari-harinya.
Pada tahun 2019, UN Women Indonesia dan Pulse Lab Jakarta meluncurkan projek untuk mengidentifikasi masalah pada 3 kota di Indonesia
Banyak wanita, anak perempuan, dan seksual, dan minoritas jenis kelamin di dunia merasakan tidak nyaman, malu, tidak aman di lingkungan perkotaan
Pendekatan
Penelitian dimulai dari memeriksa literatur yang ada pada keselamatan dan mobilitas untuk perempuan. Hal tersebut semakin jelas bahwa hampir semua studi fokus pada pekerja kantor kelas menengah.
Sedikit sekali perhatian kepada perempuan yang bekerja di malam hari seperti penjaga toko, pekerja call centre atau pembersih, yang berkontribusi signifikan pada perekonomian eceran di Indonesia.
Sama halnya rekomendasi yang diusulkan– mulai dari menginstalasi CCTV sampai dengan pencahayaan yang baik di jalanan – terkonsentrasi pada peningkatan infrastruktur, dibandingkan dengan pengalaman wanita yang menuju dan dari tempat kerja.
Para peneliti menyadari mereka membutuhkan untuk mengetahui pengguna transportasi publik secara mendalam bagi perempuan. Untuk melakukan itu, 37 perempuan dari 3 kota di sluruh Indonesia di undang untuk mengambil bagian dalam user research, yang meliputi:
Kajian buku harian – yang mana perempuan mencatat pengalaman perjalanan mereka selama empat hari
Wawancara langsung – memperbolehkan peneliti untuk memeriksa lebih lanjut proses pemikiran, emosi, dan yang menjadi keyakinan pada buku hariannya
Studi lapangan – dimana peneliti ditemani perempuan pada perjalanannya menuju dan dari kantor
Dengan menggunakan informasi ini, akan memungkinkan untuk membuat empat karakter, karakter fiktif yang dapat merangkup jenis perempuan yang ditemukan saat penelitian.
Ini berkisar dari pendatang baru yang cemas, pekerja migran yang menemukan setiap sudut kota mengintimidasi, sampai pada pejuang perempuan yang percaya diri dan sering melakukan perjalanan di malam hari.
Contoh persona yang dihasilkan saat user research - Kredit foto: Pulse Lab Jakarta
Sementara karakter menggunakan strategi yang berbeda untuk keamanan perjalanan, seperti menggunakan pakaian polos dan masker wajah untuk menghindari perhatian, beberapa masukan diperoleh dari penelitian. Sebagai contoh:
Perempuan merasakan bahwa halte bis mengintimidasi, gelap dan sulit diakses; ini artinya mereka lebih memilih menunggu di toko atau di persimpangan yang ramai
Pedagang kaki lima dan pengemudi angkot terlihat
Tidak ada perempuan yang siap untuk melaporkan kejadian kekerasan seksual mengingat adanya perasanaan malu atau takut kalau mereka akan kehilangan pekerjaan
Langkah selanjutnya adalah melibatkan orang yang dapat mengubah keadaan – pemerintah, operator transport, perencana tata kota dan kelompok komunitas. Hal ini telah dilakukan pada serial co-design workshops yang mana hasilnya dapat dibagikan dan solusi dapat ditawarkan
Hasil
Lokakarya mengjasilkan berbagai solusi hipotesis yang meliputi program penjaga jalanan, kartu identitas untuk pengendara bis dan aplikasi smartphone untuk pendatang baru. Tantangannya adalah mencari kota yang siap untuk mengimplementasikan sebagian darinya.
Memasuki Medan, kota yang terdiri dari 2,2 juta di Sumatera Utara. Selain menghadiri kegiatan lokakarya, para ASN Pemerintah Kota Medan juga diundang untuk melihat komuter perempuan dan pergi bersama mereka di malam hari untuk mendapatkan pandangan yang lebih baik terkait dengan pengalaman mereka.
Di Desember 2019 pemerintahan Kota Medan mengumumkan rencana untuk mengadopsi beberapa rekomendasi dari projek yang meliputi:
Merancang halte bus yang lebih baik: sebagai contoh adalah dengan menambahkan didning transparan dan pencahayaan yang lebih baik untuk membuat mereka lebih tidak terlalu mengintimidasi
Meningkatkan akses pejalan kaku menuju halte bus, guna menghindari perempuan harus berjalan menyusuri gang sempit
Keterlibatan masyarakat: meliputi kampanye poster bagaimana melindungi perempuan yang pernah mengalamai pelecehan di jalanan
Pemangku kepentingan pada lokakarya desain bersama yang diadakan di Medan - Kredit foto: UN Women / Putra Djohan
Untuk benar-benar menyampaian pesan dan diterima dengan baik, tidak ada yang dapat menggantikan pertemuan dengan pengguna, memberikan bayangan kepada mereka dan memahami perspektif mereka.
Langkah selanjutnya
Sama halnya seperti mempublikasikan penelitian di Indonesia melalui kegiatan seperti Global 16 Days Campaign, Pulse Lab Jakarta telah melanjutkan untuk menekankan pentingnya kualitas data yang baik dalam mendesain kota yang inklusif dan berkelanjutan.
Sementara pergerakan masyarakat menjadi terbatas secara global ditengah adanya pandemic Covid-19, isu dari kekerasan seksual pada perempuan dan minoritas jenis kelamin belum hilang.
Bank Dunia belakangan baru menyoroti hal ini dalam handbook on gender-inclusive planning, menunjukkan bagaimana pentingnya keamanan dan keterjangkauan transportasi bagi perempuan.
Untuk membaca laporan lengkap dari UN Women dan Pulse Lab Jakarta dapat mengetik disini (PDF; 18.4MB).